RITUAL BERSIH DESA
Bersih Desa adalah sebuah ritual dalam
masyarakat kita. Bersih Desa merupakan warisan dari nilai-nilai luhur lama
budaya yang menunjukkan bahwa manusia jadi satu dengan alam. Ritual ini juga
dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap alam yang menghidupi
mereka.
Bersih desa merupakan tradisi turun temurun dalam
kebudayaan masyarakat . Di jawa khususnya, ritual bersih desa telah dilakukan
berabad-abad lamanya. Ritual bersih desa di jawa merupakan wujud bersatunya
manusia dengan alam. Ritual Bersih Desa dapat didefinisikan sebagai wujud rasa
syukur warga sebuah desa atas berkat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat
desa, baik dari hasil panen, kesehatan, dan kesejahteraan yang telah diperoleh
selama setahun dan juga sebagai permohonan akan keselamatan dan kesejahteraan
warga desa untuk satu tahun mendatang. Ritual Bersih Desa sendiri biasanya
dilaksanakan satu kali dalam setahun setelah musim panen tiba dan tradisi ini
telah dilakukan secara turun-temurun dari zaman nenek moyang. Hari
pelaksanaanya pun tidak sembarangan ditentukan, melainkan ada hari-hari
tertentu di dalam kalender Jawa yang merupakan hari sakral untuk melaksanakan
Ritual Bersih Desa.
Ritual Bersih Desa sendiri terdiri dari beberapa
tahapan, diawali dengan kerja bakti membersihkan lingkungan yang dilakukan oleh
seluruh warga desa baik membenahi jalan atau gang-gang, selokan, pos ronda agar
terlihat rapi dan bersih. Selain itu biasanya warga juga membersihkan
makan-makam yang dianggap keramat, terutama makam-makam leluhur, sosok atau
tokoh yang pernah menjadi panutan masyarakat desa tersebut. Tujuan lain adalah
untuk membersihkan halangan atau kesusahan yang ada (resik sukerta/sesuker)
agar kehidupan seluruh warga tenang dan tenteram.
Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan
persiapan upacara adat yang dilaksanakan untuk wujud sukur dan permohonnan
kepada Tuhan YME atas kesejahteraan dan kesehatan yang diberikan kepada warga
desanya, di daerah lain kegiatan upacara adat ini dilakukan untuk memohon dan
berterima kasih justru kepada leluhur dan dilakukan di makamnya atau dirumah
juru kunci makamnya. Tempat pelaksanaan upacara pada waktu dulu dilaksanakan di
Pendopo, tetapi karena kemajuan jaman tempat semakin terbatas maka pelaksanaan
tempat upacara dilakukan di tempat Rois atau Kaum. Kegiatan ini biasanya
disertai dengan kirab yaitu iring-iringan yang menyertai perjalanan upacara
adat menuju tempat yang dianggap keramat dan dibawa pula sesaji yang berasal
dari hasil panen warga desa yang dipersembahkan kepada leluhur sebagai symbol
kesejahteraan yang mereka peroleh selama setahun. Adapun sesaji yang menjadi
bagian dari kegiatan upacara adat ini akan dibagikan atau diperebutkan oleh
warga desa yang percaya bahwa sesaji tersebut bisa mendatangkan berkah. Umumnya
sesaji yang dipergunakan seperti :
- Nasi Gurih, sebagai persembahan kepada para leluhur
- Ingkung, sebagai lambang manusia ketika masih bayi dan sebagai lambang kepasrahan pada Yang Maha Agung
- Jajan Pasar, sebagai lambang agar masyarakat mendapat berkah
- Pisang Raja, sebagai lambang harapan agar mendapat kemuliaan dalam masa kehidupan
- Nasi Ambengan, sebagai ungkapan syukur atas rezeki dari Yang Maha Agung
- Jenang, berupa jenang merah putih (lambang bapak dan ibu) dan jenang palang (penolak marabahaya)
- Tumpeng, berupa tumpeng lanang (lambang Yang Maha Agung) dan tumpeng wadon (lambang penghormatan pada leluhur) yang ukurannya lebih kecil
Ritual Besih Desa ini ditutup dengan pegelaran
kesenian, biasanya adalah wayang kulit dengan lakon cerita “Makukuhani” atau
“Sri Mulih” atau “Sri Boyong” yang mengisahkan legenda Dewi Sri sebagai lambang
kemakmuran agar terus bersemayam di desa tersebut.
Sesajen merupakan simbol penghormatan kepada
“Gusti”. Sebab, masyarakat jawa percaya dengan kekuatan di luar mereka. Inilah
cara pandang kosmos masyarakat jawa. Sesajen, diwujudkan dengan beberapa
makanan, sebagai simbol bersyukur kepada alam yang telah memberikan kecukupan.
Dalam sejarah kehidupan dan alam pikiran
masyarakat Jawa, alam di sekitar masyarakat sangat berpengaruh dalam kehidupan
sehari-hari. Alam sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat, bahkan dalam mata
pencaharian mereka. Sebagai contoh yang sangat sederhana, musim sangat
berpengaruh pada mata pencaharian bercocok tanam. Mungkin karena kedekatan
masyarakat terhadap alam pula yang menyebabkan berkembangnya pemikiran mengenai
fenomena kosmogoni dalam alam pemikiran masyarakat Jawa, yang kemudian
melahirkan beberapa tradisi atau ritual yang berkaitan dengan penghormatan
terhadap alam tempat hidup mereka.
Nah, itulah kemudian ritual bersih desa menjadi
sebuah upaya pelestarian alam. Dengan modal sosial dan budaya yang telah turun
temurun, menjadikan ritual bersih desa sangat penting untuk membentuk paradigma
Hamemayu Hayuning Buwana.
Semoga dengan adanya
Bersih Desa dapat membawa berkah baik bagi Desa ,Masyarakat
dan ekonomi warga desa semakin meningkat………Amin.
Pagelaran Wayang Kulit yang biasa dijadikan puncak acara Ritual Bersih Desa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar