Rabu, 23 Juli 2014

SAFARI RAMADHAN BUPATI MADIUN



SAFARI RAMADHAN BUPATI MADIUN


Bupati Madiun, Bapak H. Muhtarom, S.Sos. melaksanakan Safari Ramadhan pada bulan Suci Ramadhan 1435 Hijriyah. Acara Safari Ramadhan pada tanggal 11 Juli 2014 dilaksanakan di Masjid Baitur Rohman Dusun Sambiroto (Sambiroto Village), Desa Nampu, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun.
Selain melaksanakan salat isya, tarawih dan witir, Bupati Madiun dan rombongan serta Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) itu juga memberikan bantuan perawatan masjid serta pembagian bantuan bagi kaum duafa yang menjadi jamaah masjid itu. Acara di masjid yang selama ini dipimpin Kyai Kasbani itu, cukup meriah lantaran usai salat Tarawih dan Witir ada pembagian bantuan itu. Apalagi, usai pembagian bantuan Bupati Madiun melaksanakan silaturrahmi dengan seluruh jamaah.
"Alhamdulillah kita dapat bertemu lagi dengan bulan suci Ramadhan. Di bulan yang penuh berkah dan rahmat ini mari tingkatkan amal dan ibadah. Upaya itu harus dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya paska Ramadhan," ujar Bupati Madiun, Jumat (11/7/2014) malam.
Sedangkan mengenai keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), Bupati mengingatkan saat puasa dan menjelang datangnya Hari Raya idul Fitri, kebutuhan hidup meningkat. Bagi mereka yang punya pendapatan lebih mungkin bisa dengan mudah memenuhi segala kebutuhannya.
" Tetapi yang pendapatannya kurang dan kebutuhannya banyak itu bisa menjadi penyebab terjadinya rawan Kamtibmas. Untuk itu kami harap masyarakat berhati-hati dalam mengelola ekonominya agar pendapatan yang sedikit bisa memenuhi kebutuhan hidup menjelang lebaran," imbuhnya.

Selesai acara di Masjid Bapak Bupati berkenan singgah di rumah Kepala Dusun Sambiroto yaitu Budi Wuryanto, untuk sekedar ngobrol santai dengan warga. Ada yang membanggakan dari acara safari ramadhan malam itu, salah seorang pengikut rombongan Bupati nyeletuk bilang " Walaupun di tengah hutan Dusun Sambiroto cukup regeng, buktinya Bapak Bupati betah berlama-lama dan tidak seperti biasanya yang hanya sebentar dan langsung pulang setelah selesai acara ".

Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi kita tentunya warga Dusun Sambiroto, Desa Nampu, Kecamatan Gemarang yang notabene keberadaannya jauh ditengah hutan masih dapat perhatiaan dari Beliau Bapak H. Muhtarom, S.Sos. Bupati Madiun.
Beginilah seyogyanya menjadi seorang pemimpin yang senantiasa dekat dengan rakyatnya, patut diteladani tentunya. Tidak seperti pejabat-pejabat di Dusun/Desa Antah Berantah, Kecamatan Kabur Kanginan yang merasa syok menjadi pejabat, selalu gila untuk dihormati dan minta di nomer satukan juga diistimewakan dalam segala hal. Mau dekat dengan rakyatnya hanya yang dianggap " Bolone " saja.

 Inilah seorang Pemimpin/ Pejabat yang dekat dengan rakyat.

Rabu, 02 Juli 2014

PENCITRAAN SATELIT
DUSUN SAMBIROTO



Hutan yang dulu sangat lebat mengelilingi dusun, waktu penulis masih menjadi penggembala sapi kini sudah nampak gundul disana sini. Rindu masa kecil yang penuh kedamaian, mandi ramai-ramai di sungai yang berada di timur dusun, mencari kayu bakar dengan mengambil ranting-ranting kering dari pohon jati, memetik buah-buah dihutan yang disediakan oleh alam seperti Juwet, Cacil, Mantang dan lain-lain. kurindu suara cericit burung Jalak, Kepodang, Betet, Gelatik dan lain - lain  yang kini juga sudah tiada lagi (punah).

Melestarikan Adat Istiadat,


RITUAL BERSIH DESA


Bersih Desa adalah sebuah ritual dalam masyarakat kita. Bersih Desa merupakan warisan dari nilai-nilai luhur lama budaya yang menunjukkan bahwa manusia jadi satu dengan alam. Ritual ini juga dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap alam yang menghidupi mereka.
Bersih desa merupakan tradisi turun temurun dalam kebudayaan masyarakat . Di jawa khususnya, ritual bersih desa telah dilakukan berabad-abad lamanya. Ritual bersih desa di jawa merupakan wujud bersatunya manusia dengan alam. Ritual Bersih Desa dapat didefinisikan sebagai wujud rasa syukur warga sebuah desa atas berkat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat desa, baik dari hasil panen, kesehatan, dan kesejahteraan yang telah diperoleh selama setahun dan juga sebagai permohonan akan keselamatan dan kesejahteraan warga desa untuk satu tahun mendatang. Ritual Bersih Desa sendiri biasanya dilaksanakan satu kali dalam setahun setelah musim panen tiba dan tradisi ini telah dilakukan secara turun-temurun dari zaman nenek moyang. Hari pelaksanaanya pun tidak sembarangan ditentukan, melainkan ada hari-hari tertentu di dalam kalender Jawa yang merupakan hari sakral untuk melaksanakan Ritual Bersih Desa.
Ritual Bersih Desa sendiri terdiri dari beberapa tahapan, diawali dengan kerja bakti membersihkan lingkungan yang dilakukan oleh seluruh warga desa baik membenahi jalan atau gang-gang, selokan, pos ronda agar terlihat rapi dan bersih. Selain itu biasanya warga juga membersihkan makan-makam yang dianggap keramat, terutama makam-makam leluhur, sosok atau tokoh yang pernah menjadi panutan masyarakat desa tersebut. Tujuan lain adalah untuk membersihkan halangan atau kesusahan yang ada (resik sukerta/sesuker) agar kehidupan seluruh warga tenang dan tenteram.
Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan persiapan upacara adat yang dilaksanakan untuk wujud sukur dan permohonnan kepada Tuhan YME atas kesejahteraan dan kesehatan yang diberikan kepada warga desanya, di daerah lain kegiatan upacara adat ini dilakukan untuk memohon dan berterima kasih justru kepada leluhur dan dilakukan di makamnya atau dirumah juru kunci makamnya. Tempat pelaksanaan upacara pada waktu dulu dilaksanakan di Pendopo, tetapi karena kemajuan jaman tempat semakin terbatas maka pelaksanaan tempat upacara dilakukan di tempat Rois atau Kaum. Kegiatan ini biasanya disertai dengan kirab yaitu iring-iringan yang menyertai perjalanan upacara adat menuju tempat yang dianggap keramat dan dibawa pula sesaji yang berasal dari hasil panen warga desa yang dipersembahkan kepada leluhur sebagai symbol kesejahteraan yang mereka peroleh selama setahun. Adapun sesaji yang menjadi bagian dari kegiatan upacara adat ini akan dibagikan atau diperebutkan oleh warga desa yang percaya bahwa sesaji tersebut bisa mendatangkan berkah. Umumnya sesaji yang dipergunakan seperti :
  • Nasi Gurih, sebagai persembahan kepada para leluhur
  • Ingkung, sebagai lambang manusia ketika masih bayi dan sebagai lambang kepasrahan pada Yang Maha Agung
  • Jajan Pasar, sebagai lambang agar masyarakat mendapat berkah
  • Pisang Raja, sebagai lambang harapan agar mendapat kemuliaan dalam masa kehidupan
  • Nasi Ambengan, sebagai ungkapan syukur atas rezeki dari Yang Maha Agung
  • Jenang, berupa jenang merah putih (lambang bapak dan ibu) dan jenang palang (penolak marabahaya)
  • Tumpeng, berupa tumpeng lanang (lambang Yang Maha Agung) dan tumpeng wadon (lambang penghormatan pada leluhur) yang ukurannya lebih kecil
Ritual Besih Desa ini ditutup dengan pegelaran kesenian, biasanya adalah wayang kulit dengan lakon cerita “Makukuhani” atau “Sri Mulih” atau “Sri Boyong” yang mengisahkan legenda Dewi Sri sebagai lambang kemakmuran agar terus bersemayam di desa tersebut.
Sesajen merupakan simbol penghormatan kepada “Gusti”. Sebab, masyarakat jawa percaya dengan kekuatan di luar mereka. Inilah cara pandang kosmos masyarakat jawa. Sesajen, diwujudkan dengan beberapa makanan, sebagai simbol bersyukur kepada alam yang telah memberikan kecukupan.
Dalam sejarah kehidupan dan alam pikiran masyarakat Jawa, alam di sekitar masyarakat sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Alam sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat, bahkan dalam mata pencaharian mereka. Sebagai contoh yang sangat sederhana, musim sangat berpengaruh pada mata pencaharian bercocok tanam. Mungkin karena kedekatan masyarakat terhadap alam pula yang menyebabkan berkembangnya pemikiran mengenai fenomena kosmogoni dalam alam pemikiran masyarakat Jawa, yang kemudian melahirkan beberapa tradisi atau ritual yang berkaitan dengan penghormatan terhadap alam tempat hidup mereka.
Nah, itulah kemudian ritual bersih desa menjadi sebuah upaya pelestarian alam. Dengan modal sosial dan budaya yang telah turun temurun, menjadikan ritual bersih desa sangat penting untuk membentuk paradigma Hamemayu Hayuning Buwana.
Semoga dengan adanya Bersih Desa dapat membawa berkah baik bagi Desa ,Masyarakat dan ekonomi warga desa semakin meningkat………Amin.

 Pagelaran Wayang Kulit yang biasa dijadikan puncak acara Ritual Bersih Desa